PERATURAN BARIS BERBARIS
Acuan
PBB-TNI AKMIL, Nomor: SKEP/23/III/2002, tanggal 4 Maret 2002
Tujuan
Agar peserta didik mengerti dan dapat melaksanakan Peraturan Baris Berbaris sesuai dengan ketentuan.
Penjelasan tentang Materi
a. Baris-berbaris sebagai suatu wujud latihan ketangkasan yang diperlukan untuk menanamkan kedisiplinan dalam kehidupan pandu yang diarahkan pada terbentuknya suatu sikap dan perwatakan tertentu.
b. Pengetahuan dan ketangkasan baris berbaris merupakan bekal dasar yang harus dimiliki setiap pandu sehingga mempunyai disiplin dan rasa percaya diri yang tinggi.
c. Seorang pelatih/komandan/pimpinan harus benar-benar memiliki pengetahuan dan ketangkasan PBB secara mendalam agar ia mampu membekali dan melatih segenap anggotanya dalam rangka mewujudkan bentuk sikap dan disiplin pandu serta mewujudkan jiwa korsa yang handal dalam satuannya.
PENGERTIAN
Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tatacara kehidupan pandu yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan dan disiplin sehingga selalu dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi disamping juga menanamkan rasa tanggung jawab.
KEWAJIBAN PEMBINA/PELATIH
Pencapaian tujuan peraturan ini sangat tergantung pada kemauan serta kemampuan seorang pelatih dengan memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini:
a. Rasa kasih sayang, yaitu seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik.
b. Persiapan yang baik, merupakan jaminan keberhasilan latihan yang dikehendaki. Mengenai materi, waktu, tempat, alat dan sebagainya.
c. Mengenal tingkatan anak didik.
d. Tidak sombong.
e. Adil, menjaga keseimbangan dalam segala hal. Memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membedakan satu dengan lainnya.
f. Teliti, supaya tidak memberikan hasil yang setengah-setengah.
g. Sederhana, dalam perkataan dan tindakan.
Latihan (drill) dimaksudkanuntuk mencapai kebiasaan atau kepahaman, tidak semata-mata pengetahuan, sehingga dibandingkan perkataan yang banyak lebih baik lagi dengan teladan, koreksi dan mengulangi sampai paham.
ABA-ABA
Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang pelatih/komandan kepada pasukan untuk dilaksanakan secara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba terdiri dari 3 bagian dengan urutan:
- aba-aba petunjuk
- aba-aba peringatan
- aba-aba pelaksanaan
Aba-aba petunjuk digunakan hanya jika perlu saja, untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan/pelaksanaan.
Contoh:
1) Untuk perhatian, istirahat ditempat … GERAK
2) Untuk istirahat, bubar … JALAN
3) Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salahsatu bagian dari seluruh pasukan: Regu 2, siap … GERAK
4) Sebagai pengetahuan –didalam upacara, aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan terhadap seseorang cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat itu saja tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi.
Contoh: Kepada Kepala Staf Angkatan Darat, hormat … GERAK
Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk dapat dilaksanaklan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1) Lencang kanan … GERAK
2) Istirahat di tempat … GERAK
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanakan yang digunakan adalah
a) GERAK
Adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang menggunakan anggota tubuh lain, baik dalam keadaan jalan maupun berhenti.
Contoh:
1) Jalan ditempat … GERAK
2) Siap … GERAK
3) Hadap kanan … GERAK
4) Hormat kanan … GERAK
5) Pundak kiri senjata … GERAK (sedang berjalan dari sandang senjata)
6) Hormat … GERAK
b) JALAN
Adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Contoh:
1) Haluan kanan/kiri … JALAN
2) Dua langkah ke depan … JALAN
3) Tiga langkah ke kanan … JALAN
4) Satu langkah ke belakang … JALAN
Catatan:
Bila gerakan meninggalkan tempat tersebut tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: Maju …
Contoh:
1) Maju … JALAN
2) Haluan kanan/kiri maju … JALAN
3) Hadap kanan/kiri maju … JALAN
4) Melintang kanan/kiri maju … JALAN
c) MULAI
Adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh:
1) Hitung … MULAI
2) Berbanjar/bersaf kumpul … MULAI
Cara memberi aba-aba:
a. Pada waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan.
b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku pula untuk si pemberi aba-aba, maka pada saat memberi aba-aba tidak menghadap pasukan.
Contoh:
Saat Komandan Upacara (Dan Up) mengistirahatkan pasukan untuk menerima amanat dari Inspektur Upacara (Irup): Untuk amanat, istirahat ditempat … GERAK
c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Irup memasuki lapangan upacara dan setelah amanat Irup selesai , Dan Up tidak menghadap pasukan.
d. Pada taraf permulaan latihan , aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang bergerak (berjalan/berlari), aba-aba pelaksanaannya harus selalu bertepatan dengan jatuhnya salahsatu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan : satu langkah pada waktu berjalan atau tiga langkah pada waktu berlari.
Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan dua langkah pada waktu berjalan atau empat langkah pada waktu berlari, kemudian berhenti atau maju dengan mengubah bentuk dan arah pada pasukan.
e. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas dan bersemangat
f. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
g. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan deengan cara yang di“hentakkan”.
h. Waktu antara aba-aba peringatan dengan aba-aba pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan besar kecilnya pasukan dan atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi perhatian). Dilarang memberikan keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-aba pelaksanaan.
i. Bila ada suatu bagian aba-aba yang diperlukan pembetulan, maka dikeluarkan perintah “ulangi”.
Contoh:
Dua langkah ke kanan … Ulangi … Satu langkah ke kanan … JALAN
j. Gerakan yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk dengan suara yang nyaring, tegas dan bersemangat.
Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, misal: MAJU, IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS.
CARA MELATIH BERHIMPUN
|
|
a) Pada waktu aba-aba peringatan, seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap kepada yang memberi aba-aba.
b) Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap untuk lari selanjutnya lari menuju di depan pemberi aba-aba dengan jarak tiga langkah..
c) Pada waktu datang di depan pemberi aba-aba mengambil sikap sempurna kemudian mengambil sikap istirahat.
d) Setelah aba-aba “SELESAI”, seluiruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan dan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e) Pada saat datang didepan pemberi aba-aba serta kembalinya, tidak menyampaikan penghormatan.
f) Bila bersenjata, pada aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan pada saat aba-aba pelaksanaan terlebih dahulu melakukan depan senjata selanjutnya lari menuju ke depan pemberi aba-aba.
CARA MELATIH BERKUMPUL
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali jika keadaan ruang tidak memungkinkan.
Aba-aba: “Bersaf, kumpul … MULAI!”
Pelaksanaan:
a) Komandan/pelatih menunjuk seorang anggota unttuk berdiri kurang lebih 4 langkah didepannya, sebagai penjuru. Perintahnya sebagai berikut, misal: “Thalib ‘Izzuddin sebagai penjuru!” (Thalib = panggilan untuk anggota Pandu SIT putera, bernama ‘Izzuddin).
b) Anggota yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada pemberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sbb: “Siap, Thalib “Izzuddin sebagai penjuru”.
c) Penjuru mengambil sikap untuk berlari kemudian berlari menuju pemberi perintah. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian berlari menuju pemberi perintah, langsung pundak kiri senjata.
d) Pada waktu aba-aba bersaf/ berbanjar kumpul, maka seluruh anggota lainnya mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh pada pemberi aba-aba.
e) Pada aba-aba pelaksanaan: “MULAI”, anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap lari dan berlari menuju disamping kiri/belakang penjuru secara berturut-turut. Selanjutnya penjuru memberi isyarat: “LURUSKAN”, anggota secara berturut-turut meluruskan diri.
f) Cara meluruskan diri ke samping (jika bersaf) sbb: Meluruskan lengan kanan ke samping kanan dengan tangan digenggam disentuhkan bahu kiri orang di sebelah kanannya, punggung tangan menghadap ke atas. Kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang di sebelah kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat dengan mengucapkan: “LURUS”, lengan diturunkan serempak sambil mengembalikan pandangan ke arah depan. Bila bersenjata, maka senjata dari pundak kiri ditegakkan secara serempak
g) Cara meluruskan diri ke depan (jika berbanjar) sbb: Meluruskan lengan kanannya ke depan dengan tangan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas dan mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya serta meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang/banjar kanan yang paling belakang melihat barisannya sudah lurus maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan: “LURUS”. Pada isyarat ini serentak menurunkan lengan kanan dan kembali ke sikap sempurna.
h) Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian dengan serentak tegak senjata.
Catatan: bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau berbanjar tiga. Kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam bentuk berbanjar
i) Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.
MELATIH MENINGGALKAN BARISAN
Apabila pelatih/komandan memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya, terlebih dahulu ia memanggil orang itu keluar barisan dan memberikan perintahnya setelah orang itu dalam telah berdiri keadaan sikap sempurna. Orang yang menerima perintah ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakan perintah itu dengan semangat.
Tata cara keluar barisan:
a. Bila pasukan bersaf
1) Untuk saf depan, tidak perlu balik kanan tetapi langsung menuju ke arah yang memanggil.
2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui belakang saf paling belakang, selanjutnya memilih jalan terdekat menuju arah pemanggil.
3) Untuk orang yang berada di ujung kanan atau kiri tanpa balik kanan langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf tengah: 2, 3, …).
b. Bila pasukan berbanjar
1) Untuk saf depan, tidak perlu balik kanan tetapi langsung menuju ke arah yang memanggil.
2) Untuk saf dibelakang saf pertama, untuk banjar tengah setelah balik kanan kemudian melalui belakang safnya sendiri, selanjutnya memilih jalan terdekat menuju arah pemanggil. Untuk banjar kanan/kiri tanpa balik kanan terus memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil.
Cara menyampaikan laporan apabila anggota pasukan dipanggil ketika sedang dalam barisan:
1) Pelatih/komandan memanggil seorang anggotanya yang bernama Qisthi: “Tholibah Qisthi tampil ke depan !”. Kemudian Tholibah Qisthi menjawab dalam posisi sikap sempurna: “Siap, tholibah Qisthi tampil ke depan”, kemudian keluar barisan dengan tatacara keluar barisan dan menghadap 4-6 langkah didepan pemanggil.
2) Kemudian mengucapkan: “Lapor, siap menghadap”. Selanjutnya menunggu perintah.
3) Setelah menerima perintah/petunjuk, ia mengulangi perintah tersebut.
Contoh : “Berikan aba-aba di tempat!”
Mengulangi : ”Berikan aba-aba di tempat”.
Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan oleh pemanggil, yaitu memberikan aba-aba ditempat.
4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk kemudian menghadap 4-6 langkah di depan pemberi perintah/yang memanggil dan mengucapkan: “Memberikan aba-aba ditempat telah dilaksanakan , laporan selesai”.
5) Setelah mendapat perintah: “Kembali ke tempat!”, anggota tersebut mengulangi perintah kemudian balik kanan dan kembali ke tempat.
Bila waktu dalam barisan ada salah seorang anggota yang akan meninggalkan barisan, terlebih dulu ia mengambil sikap sempurna kemudian mengangkat lengan kiri ke atas dengan jari-jari terbuka rapat.
Contoh: seorang anggota mengangkat tangan,
Pelatih/komandan bertanya : “Ada apa?”
Anggota menjawab : “Ke belakang”
Pelatih/komandanmemutuskan: “Baik, lima menit kembali!”
Anggota tsb mengulangi : “Lima menit kembali”
Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisan, selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya. Bila keperluannya selesai, maka ia menghadap pelatih/komandannya dan melapor sbb: “Lapor, ke belakang selesai, laporan selesai”. Setelah ada perintah: “Masuk barisan!”, maka ia mengulangi perintah: “Masuk barisan”, kemudian balik kanan dan kembali masuk barisan pada posisinya semula.
GERAKAN DASAR PERORANGAN TANPA SENJATA
SIKAP SEMPURNA
Aba-aba: “Siap GERAK”
Pelaksanaan: badan /tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki membentuk sudut 45°, lutut lurus dan paha dirapatkan. Berat badan tertumpu pada dua kaki, perut sedikit ditarik, dada dibusungkan, pundak sedikit ditarik ke belakang, tidak dinaikkan. Kedua lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam rileks, rapat pada samping luar paha, punggung ibu jari menghadap ke depan , mulut ditutup, pandangan lurus mendatar ke depan, nafas sewajarnya.
ISTIRAHAT
Aba-aba: “Istirahat, di tempat … GERAK
Pelaksanaan: kaki kiri dipindahkan ke samping kiri sepanjang telapak kaki (+ 30 cm). Kedua lengan dibawa ke belakang dibawah pinggang, punggung tangan kanan diatas telapak tangan kiri. Tangan kanan mengepal lemas, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk. Lengan rileks, badan dapat bergerak.
Catatan:
a) Dalam keadaan parade, yang memerlukan pemusatan pikiran dan kerapihan, istirahat dilakukan atas aba-aba: “Parade, istirahat di tempat … GERAK!”. Pelaksanaan sama dengan tersebut diatas, hanya saja tangan ditarik sedikit ke atas (di pinggang), tidak boleh bergerak dan berbicara, pandangan tetap lurus ke depan.
b) Dalam keadaan parade atau tidak, bila akan diberikan amanat oleh seseorang (Irup) maka istiraha dilakukan atas aba-aba: ”Untuk perhatian, istirahat di tempat … GERAK!”. Pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/amanat.
c) Jika dalam keadaan ‘istirahat di tempat’ yang tidak didahului aba-aba petunjuk ‘parade’/’untuk perhatian’, diberikan amanat oleh seseorang: pada waktu diucapkan kata-kata pertama dari amanat, maka pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna, kemudian kembali ke sikap istirahat di tempat.
PERIKSA KERAPIHAN
Aba-aba: “Periksa kerapihan … MULAI
Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai anggota masing-masing pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat.
Pelaksanaan:
a. Tanpa senjata
1) Pada aba-aba peringatan, pasukan serentak mengambil sikap sempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan, dengan serentak membungkukkan badan masing-masing, mulai memeriksa/membetulkan perlengkapan masing-masing dari bawah/ujung kaki sampai dengan tutup kepala.
3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota mengambil sikap sempurna.
4) Setelah pelatih/komandan melihat semua anggota sudah selesai (keadaan sikap sempurna), maka ia memberikan aba-aba: “SELESAI!”.
5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat.
b. Dengan senjata
1) Pada aba-aba peringatan, pasukan serentak mengambil sikap sempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan, dengan serentak membungkukkan badan, kedudukan senjata tetap tegak dan dikempit antara lengan atas dengan badan. Masing-masing mulai memeriksa/membetulkan perlengkapan masing-masing dari bawah/ujung kaki sampai dengan tutup kepala. Pada saat badan mulai tegak, senjata dipegang tangan kanan, tangan kiri melanjutkan memeriksa perlengkapan sampai tutup kepala.
3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota mengambil sikap sempurna.
4) Setelah pelatih/komandan melihat semua anggota sudah selesai (keadaan sikap sempurna), maka ia memberikan aba-aba: “SELESAI!”.
5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat.
LENCANG KANAN/KIRI
Dilakukan hanya dalam bentuk bersaf, aba-aba: “Lencang kanan/kiri … GERAK!”
Pelaksanaan: gerakan ini dilaksanakan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua mengangkat lengan kanan/kiri ke samping kanan/kiri, jari-jari menggenggam disentuhkan bahu kiri/kanan orang di sebelah kanan/kirinya, punggung tangan menghadap ke atas. Kepala dipalingkan ke kanan/kiri dan meluruskan diri, kecuali penjuru kanan/kiri (tetap menghadap ke depan, sikap sempurna), hingga dapat melihat dada orang-orang di sebelah kanan/kirinya. (Acuan kelurusan adalah tumit sepatu, bukan ujung. Pelatih/komandan dapat memberikan acuan kelurusan dari samping barisan).
Catatan: kalau lebih dari satu saf, maka bagi mereka yang tidak berada di saf depan, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat lengan. Penjuru pada saf bukan paling depan mengambil antara ke depan dan setelah lurus menurunkan lengan. Setelah masing-masing dirinya berdiri lurus dalam barisan, maka semua berdiri di tempatnya dengan memalingkan muka ke arah penjuru.
Pada aba-aba: “Tegak …GERAK!”, semua anggota menurunkan lengan dengan serempak sambil mengembalikan pandangan ke arah depan, sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata dari pundak kiri/kanan ditegakkan secara serempak
SETENGAH LENGAN LENCANG KANAN/KIRI
Aba-aba: “Setengah lengan, lencang kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang dengan siku menyentuh lengan orang di sebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang, keempat jari lainnya rapat di sebelah depan.
LENCANG DEPAN
Hanya dalam bentuk berbanjar, aba-aba: “Lencang depan … GERAK!”.
Pelaksanaan: penjuru tetap sikap sempurna, orang ke-dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat lengan. Bila lebih dari satu banjar, maka saf terdepan mengambil antara satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus menurunkan lengan serta menegakkan kepala kembali dengan serempak. Anggota-anggota di banjar tengah dan kiri melakukan tanpa mengangkat lengan.
CARA BERHITUNG
Aba-aba: “Hitung … MULAI!”.
Pelaksanaan: jika bersaf, maka pada aba-aba peringatanpenjuru tetap melihat ke depan sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut tiap anggota mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, pada aba-aba peringatan semua tetap pada sikap sempurna.pada aba-aba pelaksanaan tiap anggota mulai dari penjuru depan ke belakang menyebut nomornya masing-masing. Penyebutan nomor diucapkan penuh.
PERUBAHAN ARAH
a. Hadap kanan/kiri
Aba-aba: “Hadap kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri/kanan diajukan melintang didepan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan beradadi ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
b. Hadap serong kanan/kiri
Aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri/kanan diajukan ke depan sejajar kaki kanan/kiri. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 45°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
c. Balik kanan
Aba-aba: “Balik kanan … GERAK!”.
Pelaksanaan: kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam) didepan kaki kanan, berat badan berpindah ke kaki kiri. Tumit kaki kanan dengan badan diputar ke kanan 180°. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti posisi sikap sempurna.
MEMBUKA/MENUTUP BARISAN
a. Buka barisan, aba-aba: “Buka barisan … JALAN!”
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri masing-masing membuat langkah ke samping kanan dan kiri satu langkah. Banjar tengah tetap di tempat.
b. Tutup barisan, aba-aba: “Tutup barisan … JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan banjar kanan dan kiri masing-masing membuat langkah ke samping kiri dan kanan satu langkah, kembali ke posisi semula. Banjar tengah tetap di tempat.
BUBAR
Aba-aba: “Bubar …JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan setiap anggota menyampaikan penghormatan kepada pelatih/komandan, setelah dibalas kembali ke sikap sempurna, melakukan gerakan ‘balik kanan’ dan pada hitungan tertentu (dalam hati) melakukan gerakan seperti langkah pertama dalam gerakan ‘maju … jalan’, selanjutnya bubar menuju ke tempat masing-masing.
Bila pelatih/komandan menghendaki tidak ada penghormatan, aba-aba didahului dengan aba-aba-aba petunjuk: “Tanpa penghormatan, bubar … JALAN!”. Pasukan langsung balik kanan tanpa memberikan penghormatan dahulu, dst.
GERAKAN BERJALAN TANPA SENJATA
PANJANG, TEMPO DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibedakan sebagai berikut:
|
Macam |
Langkah |
Panjang |
|
Tempo |
|
|||
1. |
Langkah |
Biasa |
65 |
cm |
102 |
per menit |
|||
2. |
Langkah |
Tegap |
65 |
cm |
102 |
per menit |
|||
3. |
Langkah |
Perlahan |
40 |
cm |
30 |
per menit |
|||
4. |
Langkah |
Ke Samping |
40 |
cm |
70 |
per menit |
|||
5. |
Langkah |
Ke Belakang |
40 |
cm |
70 |
per menit |
|||
6. |
Langkah |
Ke Depan |
60 |
cm |
70 |
per menit |
|||
7. |
Langkah |
Sewaktu lari |
80 |
cm |
165 |
per menit |
|||
Panjang semua langkah diukur dari tumit ke tumit, bila dalam peraturan di sebut satu langkah, maka panjangnya 65 cm.
Penyesuaian langkah untuk anak-anak dapat dibedakan sebagai berikut:
|
Macam |
Langkah |
Panjang |
|
Tempo |
|
|||
1. |
Langkah |
Biasa |
40 |
cm |
102 |
per menit |
|||
2. |
Langkah |
Tegap |
40 |
cm |
102 |
per menit |
|||
3. |
Langkah |
Perlahan |
30 |
cm |
30 |
per menit |
|||
4. |
Langkah |
Ke Samping |
30 |
cm |
70 |
per menit |
|||
5. |
Langkah |
Ke Belakang |
30 |
cm |
70 |
per menit |
|||
6. |
Langkah |
Ke Depan |
40 |
cm |
70 |
per menit |
|||
7. |
Langkah |
Sewaktu lari |
60 |
cm |
165 |
per menit |
|||
Panjang semua langkah diukur dari tumit ke tumit, bila dalam peraturan di sebut satu langkah, maka panjangnya 40 cm.
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna, aba-aba: “Maju … JALAN!”
Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi + 20 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah, dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
b) Langkah pertama dilakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90°, lengan kiri ke belakang 30° dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah lurus dilenggangkan ke depan 45° dan ke belakang 30°. Tangan kanan depan mengambil dua titik yang terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher. Dilarang berbicara ataupun melihat ke kanan/kiri. Pada waktu melenggang, lengan tidak kaku.
LANGKAH BIASA
Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada sikap sempurna. Sewaktumengayunkan kaki ke depan, lutut dibengkokkan sedikit, kaki tidak diseret, kemudian diletakkan ke tanah dengan jarak yang telah ditentukan.
Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah, kemudian seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan wajar ke depan 45° dan ke belakang 30°. Jari-jari menggenggam rileks, punggung ibu jari menghadap ke atas.
Bila berjalan dalam pasukan supaya menggunakan hitungan irama langkah sebagai kendali kesamaan langkah.
LANGKAH TEGAP
a. Dari sikap sempurna, aba-aba: “Langkah tegap, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki diangkat tidak terlalu tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke samping luar, ibu jari tangan menghadap ke atas. Lenggang lengan ke depan 90° dan ke belakang 30°.
b. Dari langkah biasa, aba-aba: “Langkah tegap … JALAN!” (tidak ada kata-kata ‘maju”).
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah kemudian mulai berjalan langkah tegap.
c. Ketika sedang berjalan ‘langkah tegap’ kembali ke langkah biasa.
Aba-aba: “Langkah biasa … JALAN!” (tidak ada kata-kata ‘maju”).
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan sewaktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, langkah pertama dihentakkan dan mulai berjalan dengan langkah biasa.
LANGKAH PERLAHAN
Digunakan untuk berkabung, mengantar jenazah dalam upacara kemiliteran.
Aba-aba: “Langkah perlahan, maju … JALAN!”
Pelaksanaan: gerakan dilakukan dengan sikap sempurna. Pada aba-aba ‘JALAN”, kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah menapak segera disusul dengan kaki kanan ditarik ke depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, selanjutnya ditapakkan di sebelah depan kaki kiri. Selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.
Catatan:
a) Dalam keadaan berjalan, aba-aba: “Langkah perlahan … JALAN!”, diberikan sewaktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan dengan langkah perlahan.
b) Telapak kaki saat melangkah/menginjak tanah tidak dihentakkan, supaya lebih khidmat.
Untuk berhenti dari langkah perlahan. Aba-aba: “Henti …GERAK!” diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kanan/kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.
LANGKAH KE SAMPING
Aba-aba: “1/2/3/4 Langkah ke kanan/kiri … JALAN!”
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilenggangkan ke samping kanan/kiri sepanjang + 40 cm. Selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kanan/kiri. Sikap tetap pada sikap sempurna, maksimal dilakukan empat langkah.
LANGKAH KE BELAKANG
Aba-aba: “1/2/3/4 Langkah ke belakang … JALAN!”
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan, mulai kaki kiri dilangkahkan ke belakang sepanjang + 40 cm, dilanjutkan dengan kaki kanan sesuai jumlah yang diperintahkan. Lengan tidak dilenggangkan, sikap badan tetap seperti sikap sempurna, maksimal dilakukan empat langkah.
LANGKAH KE DEPAN
Aba-aba: “1/2/3/4 Langkah ke depan … JALAN!”
Pelaksanaan: pada aba-aba pelaksanaan, mulai kaki kiri dilangkahkan ke depan sepanjang + 60 cm, dilanjutkan dengan kaki kanan sesuai jumlah yang diperintahkan. Gerakan kaki seperti pada ‘langkah tegap’ dan dihentakkan terus, lengan tidak dilenggangkan, sikap badan tetap seperti sikap sempurna, maksimal dilakukan empat langkah.
LANGKAH SEWAKTU LARI
a. Dari sikap sempurna, aba-aba: “Lari, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: pada aba-aba peringatan, kedua tangan dikepalkan lemas dan diletakkan di pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang, badan agak dicondongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan, dimulai lari dengan menghentakkan kaki kiri satu langkah dan selanjutnya lari dengan panjang langkah 80 cm, tempo 165 langkah/menit. Kaki diangkat secukupnya, telapak kaki diletakkan mengenai tanah pada ujungnya terlebih dahulu, lengan dilenggangkan lemas.
b. Dari langkah biasa, aba-aba: “Lari … JALAN!”.
Pada aba-aba peringatan, gerakan sama dengan poin a, aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh ke tanah, kemudian ditambah satu langkah, dst.
c. Kembali ke langkah biasa, aba-aba: “Langkah biasa … JALAN!”.
Aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri jatuh di tanah ditambah tiga langkah, kemudian berjalandengan langkah biasa dimulai dengan kaki kiri yang dihentakkan disertai dengan lenggangan tangan.
d. Untuk berhenti dari keadaan berlari, aba-aba: “Henti … GERAK!”.
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktukaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah tiga langkah. Selanjutnya kaki dirapatkan, tangan diturunkan, sikap sempurna.
LANGKAH MERDEKA
Biasanya dlakukan untuk menempuh jalan jauh, di luar kota atau lapangan yang tidak rata. Atas pertimbangan pelatih/komandan pasukan boleh melakukan hal-hal yang terlarang apabila dilakukan pada langkah yang lain seperti berbicara, bernyanyi, membuka topi, menghapus keringat, dll. Tetapi tetap dalam barisan.
a. Dari langkah biasa, aba-aba: “Langkah merdeka … JALAN!”.
Pelaksanaan: anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan macam, panjang dan tempo langkah.
b. Untuk kembali ke langkah biasa, terlebih dahulu harus diberikan aba-aba petunjuk: “Samakan langkah!”. Setelah langkah barisan sama, aba-aba peringatan dan pelaksanaan dapat diberikan: “Langkah biasa … JALAN!”. Aba-aba pelaksanaan diberika saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah kemudian mulai berjalan dengan ‘langkah biasa’ dan langkah pertama yang dihentakkan.
GANTI LANGKAH
Aba-aba: “Ganti langkah … JALAN!”.
Pelaksanaan: gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa ataupun tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah. Kemudian ujung kaki kanan/kiri yang di belakang dirapatkan pada tumit kaki sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan, untuk selanjutnya menyesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. Langkah pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam satu hitungan .
JALAN DI TEMPAT
a. Dari sikap sempurna, aba-aba: “Jalan di tempat … GERAK!”.
Pelaksanaan: gerakan dimulai dengan dari kaki kiri, lutut diangkat bergantian, paha rata-rata air (horizontal), ujung kaki menuju ke bawah dengan tempo sepert tempo pada ‘langkah biasa’. Badan tegak, pandangan mata ke depan, lengan tetap lurus di samping badan/tidak dilenggangkan.
b. Dari langkah biasa, aba-aba: ““Jalan di tempat … GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, selanjutnya dimulai dengan kai kanan berjalan di tempat, dst.
c. Dari jalan di tempat ke langkah biasa, aba-aba: “Maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri jatu di tanah, kemudian ditambah satu langkah di tempat dan mulai berjalandengan menghentakkan kaki kiri satu lengkah ke depan dan dilanjutkan dengan ‘langkah biasa’.
d. Dari jalan di tempat ke berhenti, aba-aba: “Henti … GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kaki kiri/kanan jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah, selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kanan/kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.
BERHENTI
Aba-aba: “Henti … GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan diberikan saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Stselah ditambah satu langkah selanjutnya kaki kiri/kanan dirapatkan, kemudian mengambil sikap sempurna.
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN
a. Ke hadap kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Hadap kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: membuat gerakan hadap kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan seperti gerakan ‘maju jalan’.
b. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: hadap serong kanan/kiri, dst seperti poin a.
c. Ke balik kanan maju jalan, aba-aba: “Balik kanan, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: balik kanan, dst seperti poin a.
d. Ke belok kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Belok kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: penjuru mengubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu. Anggota-anggota lain mengikuti gerakan ini setibanya di tempat penjuru berbelok.
Catatan: aba-aba lain: “Dua kali belok kanan/kiri, maju … JALAN!”, atau “Tiap-tiap banjar, dua kali belok kanan/kiri maju … JALAN!”.
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN
a. Ke hadap kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Hadap kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, membuat gerakan hadap kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan seperti gerakan ‘maju jalan’.
b. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, hadap serong kanan/kiri, dst seperti poin a.
c. Ke balik kanan maju jalan, aba-aba: “Balik kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu/dua langkah, balik kanan/kiri, dst seperti poin a.
d. Ke belok kanan/kiri maju jalan, aba-aba: “Belok kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, penjuru mengubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu. Anggota-anggota lain mengikuti gerakan ini setibanya di tempat penjuru berbelok.
Catatan: untuk membelokkan pasukan di tempat/ruang/lapangan yang sempit, maka dilakukan gerakan dengan:
a. Aba-aba: “Dua kali belok kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti tersebut di atas, selanjutnya setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri lagi.
b. Aba-aba: “Tiap-tiap banjar, dua kali belok kanan/kiri maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti tersebut di atas, tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali belok kanan/kiri pada tempat dimana aba-aba pelaksanaan diberikan..
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI
a. Ke hadap kanan/kiri berhenti, aba-aba: “Hadap kanan/kiri, henti …GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, membuat gerakan hadap kanan/kiri, pada hitungan ke tiga kaki kiri/kanan dirapatkan, sikap sempurna.
b. Ke hadap serong kanan/kiri berhenti, aba-aba: “Hadap serong kanan/kiri, henti…GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu langkah, hadap serong kanan/kiri.
c. Ke balik kanan/kiri berhenti, aba-aba: “Balik kanan/kiri, henti…GERAK!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh saat kaki kiri/kanan jatuh di tanah ditambah satu/dua langkah, balik kanan/kiri.
PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI
Perubahan arah pada waktu berjalan dapat dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan ketentuan penambahan langkah tidak hanya satu langkah, tetapi tiga langkah.
HALUAN KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan jika pasukan dalam keadaan bersaf.
a. Berhenti ke berhenti, aba-aba: “Haluan kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memutar arah secara perlahan-lahan hingga berubah arah 90°. Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai ‘maju jalan’ dengan rapi dan tidak melenggang sambil meluruskan safnya hingga berubah arah 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya lurus kemudian memberi isyarat: “LURUS!”, kemudian pelatih/komandan memberi aba-aba: “Henti … GERAK!”, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, seluruh pasukan berhenti.
b. Berhenti ke berjalan, aba-aba: “Haluan kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti poin a., hanya saja setelah ada isyarat: “LURUS” dari penjuru, pelatih/komandan melanjutkan dengan aba-aba: “Maju … JALAN!”. Pasukan ‘maju jalan’ dengan gerakan ‘langkah biasa’.
c. Berjalan ke berhenti, , aba-aba: “Haluan kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan seperti poin a.
d. Berjalan ke berjalan, , aba-aba: “Haluan kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan seperti poin b.
MELINTANG KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan jika pasukan dalam bentuk berbanjar, untuk mengubah bentuk pasukan menjadi bersaf.
a. Berhenti ke berhenti, aba-aba: “Melintang kanan/kiri … JALAN!”.
Pelaksanaan: setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan/kiri, kemudian pasukan membuat gerakan haluan kiri/kanan. Penjuru kiri/kanan berjalan di tempat dengan memutar arah secara perlahan-lahan hingga berubah arah 90°. Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai ‘maju jalan’ dengan rapi dan tidak melenggang sambil meluruskan safnya hingga berubah arah 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kiri/kanan melihat safnya lurus kemudian memberi isyarat: “LURUS!”, kemudian pelatih/komandan memberi aba-aba: “Henti … GERAK!”, yang diucapkan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, seluruh pasukan berhenti.
b. Berhenti ke berjalan, aba-aba: “Melintang kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan seperti poin a., hanya saja setelah ada isyarat: “LURUS” dari penjuru, pelatih/komandan melanjutkan dengan aba-aba: “Maju … JALAN!”. Pasukan ‘maju jalan’ dengan gerakan ‘langkah biasa’.
c. Berjalan ke berjalan, , aba-aba: “Melintang kanan/kiri, maju … JALAN!”.
Pelaksanaan: aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan/kiri ditambah satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan gerakan seperti poin b.
0 Komentar