Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia
Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia1492
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat
tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan
mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang
naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois,
sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata
pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di
tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.
1623
Yan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat “….. pegunungan yang
sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju !” di pedalaman Irian. Salju
itu sangat dekat ke khatulistiwa. Laporannya tak dipercaya di Eropa, padahal
belum lama berselang diberitakan ada juga salju di Pegunungan Andes dekat
khatulistiwa.
1624
Masih berkaitan dengan pekerjaan juga, pastor-pastor Jesuit merupakan
orang-orang Eropa pertama yang melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana
Pass (pass = pelana/punggungan yang terentang antara dua puncak), dan Garhwal
di India ke kawasan Tibet.
1760
Profesor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan
Perancis-Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang
dapat menemukan lintasan ke puncaknya, untuk penyelidikan ilmiah yang
diimpikannya. Sayang tak ada yang tertarik, terutama karena keder terhadap
naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.
1786
Setelah beberapa percobaan gagal, Puncak Mont Blanc (4807 m) digapai manusia.
Mereka adalah Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques
Balmat. Puncak tertinggi di Alpen yang didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4153
m), tahun 1778.
1830
Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dari Sinkiang di Cina ke wilayah
Kashmir di India.
1852
Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian Puncak XV, 8840
meter. Berarti puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII
(Kangchenjunga, 8598 m) yang sebelumnya dianggap paling tinggi. Puncak XV itu
lalu diberi nama Everest (padahal aslinya orang Nepal menyebutnya Sagarmatha,
atau Chomolungma kata orang Tibet). Belakangan ketinggiannya dikoreksi, 8888
meter, lalu dikoreksi lagi menjadi 8848 meter, sampai sekarang.
1854
Batu pertama Zaman Keemasan dunia pendakian di Alpen, diletakkan oleh Alfred
Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m), cikal bakal pendakian
gunung sebagai olah raga.
1857
Alpine Club yang pertama berdiri, di Inggris.
1858
Ketinggian K2 (singkatan Karakoram nomer 2) terukur, 8610 meter, menggeser lagi
kedudukan Kangchenjunga menjadi juara tiga.
1865
Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old
Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen
bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak
Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam
satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh
dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak
urung lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu
kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris.
1874
WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga
digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru,
pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara
pendaki.
1878
Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis,
memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi
namun curam dan sulit.
1883
WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya
dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki
beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon
berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m).
1895
Percobaan pertama mendaki gunung berketinggian di atas 8000 meter, Nanga Parbat
(8125 m), oleh AF Mummery. Orang Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian
Gunung Modern ini hilang pada ketinggian sekitar 6000 meter.
1899
Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan
Carstensz, yang dibuat hampir 3 abad sebelumnya. Maka namanya diabadikan di
situ.
1902
Percobaan pertama mendaki K2, oleh ekspedisi dari Inggris.
1907
Ekspedisi di bawah Tom Longstaff mendaki Trisul (7120 m), puncak 7000-an yang
pertama. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen
dalam pendakian.
1909
Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE) memasuki rawa-rawa sebelah
selatan kawasan Carstensz. Dalam 16 bulan mereka kehilangan 16 orang anggota
mati dan 120 sakit.
1910
Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh
pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam
pasukan pemadam kebakaran.
1912
Eks anggota ekspedisi BPUE 1090, Dr.AFR Wallaston, kembali ke Irian bersama
C.Bodden Kloss, dengan 224 kuli pengangkut barang dan serdadu. Tiga jiwa
melayang.
1921
George L.Mallory dkk. berhasil sampai di North Col Everest dalam perjalanan
penjajagan mereka dari sisi Tibet.
1922
Usaha pertama mendaki Everest berakhir pada ketinggian 8320 meter di punggungan
timur laut.
1924
Mallory dan Irvine yang kembali mencoba Everest, hilang pada ketinggian sekitar
8400 meter. Rekannya, Edward Norton, mencapai 8570 meter, rekor waktu itu,
sendirian dan tanpa bantuan tabung oksigen.
1931
Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus
melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan
Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan
waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing.
1932
Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya
tetap disukai hingga kini.
1933
Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredo di
kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar
tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini.
1936
Dr.A.H.Colijn, manajer umum perusahaan minyak Belanda dekat Sorong, dan geolog
DrJ.J.Dozy, menemukan bijih tembaga di kawasan dinding timur Gletser Moriane,
tak jauh dari kawasan Carstensz, Irian.
1937
Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai
lahirnya panjat es modern.
1938
Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan
Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas
olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan
berlanjut hingga kini. .
1941
Ekspedisi Archbold ‘menemukan’ Lembah Baliem, kantung suku Dani dengan tingkat
kebudayaan yang amat tinggi, di tengah belantara yang seolah tak berbatas dan
tak tertembus. Irian kian jadi perhatian ilmuwan-ilmuwan dunia.
1949
Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar.
1950
Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi.
Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak
8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di
Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat
tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada ‘hukum’ bahwa seorang
leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian
bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman.
1951
Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah
dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur
dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand
Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall.
Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak
serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya
mendapat saingan.
1952
Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2
jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang
dibuat tahun 1937, 52 jam !
1953
Herman Buhl dkk. menggapai Puncak Nanga Parbat (8125 m), puncak 8000-an kedua
yang didaki orang. Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing
Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris, menjadi manusia-manusia
pertama yang berdiri di puncak atap dunia, Everest.
1954
Ekspedisi Inggris sukses di Kangchenjunga, ekspedisi Perancis sukses di Makalu
(8463 m). Di Alpen, Don Whillan dan Joe Brown mencatat dinding Barat Aiguille
du Dru dalam 2 hari, rekor lagi.
1955
Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari.
1956
Ekspedisi Jepang berhasil mendaki Manaslu (8163 m). Jepang segera menjadi salah
satu negara besar dalam dunia pendakian di Himalaya.
1957
Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus
mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic.
1958
Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan
semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju di
khatulistiwa.
1960
Claudio Barbier dari Belgia solo ketiga dinding utara di Tre Cima Laverdo dalam
1 hari. Pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan aid
climbing.
Helm mulai sering digunakan para pemanjat tebing.
Harness menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite.
Harness pertama yang diproduksi massal dan dijual untuk umum terbuat dari
webbing, merek Tankey.
Tebing 48 Citatah mulai digunakan sebagai ajang latihan bagi pasukan Angkatan
Darat kita.
1961
Ekspedisi dari Selandia Baru coba mendaki Carstensz Pyramide tapi mengalami
kegagalan sebab keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara.
1962
Puncak Cerstensz Pyramide akhirnya berhasil digapai oteh tim Heinrich Heiner.
Juga Puncak Eidenburg didekatnya, oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Phillip
Temple.
Awal pemakaian baut tebing di Alpen; Tebing pantai mulai diminati. Pemanjat
Amerika Serikat mulai bicara di Alpen, diawali Hemmings dan Robbins yang
menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.
1963
Tim gabungan Inggris-AS memanjat dinding selatan Aiguille du Fou, hardest
technical climbing di Alpen waktu ilu, dengan teknik-teknik aid climbing gaya
AS. Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di rumah-rumah
minum. Pemanjatan solo pertama Eiger Nordwand, oleh Michel Darbellay, dalam
satu hari.
Bonatti dan Zapelli menyantap mix climbing (ice dan rock) tersulit di Alpen,
dinding utara Grand Pilier d’Angle di Mont Blanc. Seorang ahli gletser yang
baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbangnya di di
Puncak Jaya, dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab
salju tebal di sana terlalu lunak sebagai landas pacu. Tapi buntutnya, dua pesawat
DC 3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4300 meter.
1964
Ekspedisi Cina berhasil mendaki Shisha Pangma (8046 m)di Tibet, satu-satunya
puncak 8000-an yang terletak diluar Nepal dan Pakistan (Karakoram). Beberapa
pendaki Jepang serta 3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang
tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Carstensz (4884
m) di Irian. Dua perkumpulan pendaki gunung tertua lahir, Mapala Ul di Jakarta
dan Wanadri di Bandung. Tahun ini dianggap awal sejarah pendakian gunung di
Indonesia.
1965
Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan peliputan
pendakian Hornli dkk. Oleh BBC/TV sampai ke puncak. Untuk pertama kalinya
pendakian gunung maupun panjat tebing menjadi olahraga yang juga dapat
‘ditonton’ orang banyak.
Robbins dan John Harlin dri AS bikin lintasan lurus di dinding barat du Dru,
mendemonstrasikan keunggulan pemanjat AS dalam pemanjatan panjang dan berat.
Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.
1967
Revolusi bagi para pemanjat es. Chouinnard memperkenalkan kapak es berujung
lengkung, dan McInnes menawarkan jenis Terodactyl. Lahirnya sekrup es berbentuk
pipa meningkatkan standar pemanjatan ice climbing.
Penggunaan tali kernmantle dipelopori oleh Inggris.
1968
Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik
dibuka (Ji Irian. Tapi dasar sial, hampir bersamaan dengan itu Pemerintah Rl
tidak lagi mengeluarkan izin pendakian di kawasan Carstensz.
1969
Reinhold Messner keluar dari pertapaannya di tebing-tebing Alpen Timur, meluruk
ke barat, menyikat dinding es raksasa tes Drotes dalam waktu 81/2 jam solo,
membuyarkan rekor sebelumnya, 3 hari.
Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran di Alpen, antara lain bikin
lintasan baru di Eiger.
Sensus yang dilakukan British Mountaineering Club (BMC) mengatakan, ada 45.000
pemanjat dan 500.000 walkers, di Inggris saja.
Nomer perdana majalah ‘Mountain’ beredar, menjadi media pendaki gunung dan
pemanjat tebing pertama yang beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga banyak
mempengaruhi perkembangan lewat perdebatan dan opini.
Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendakian Himalaya, dengan
beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak yang
terdaftar dalam permitted peaks saja. Agen-agen trekking komersial tumbuh dan
berjibun seperti kutu yak, menggelitik kelompok-kelompok kecil dari luar
‘main-main’ di Himalaya dengan mudah dan murah.
Soe Hok Gie dan ldhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.
1970
Dinding Selatan Annapurna dirambah tim Inggris, menggunting pita pembukaan era
pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar. Tingkat kesulitan lintasan
menjadi lebih penting dari pada sekedar mencapai puncak. Ini tak lepas dari
kian canggihnya perlengkapan panjat es, kecepatan pemanjatan meningkat drastis.
Di Alpen artificial climbing tambah populer dan kaya teknik. Kurang lebih tahun
ini pula lahir cabang panjat dinding. Tebing buatan yang pertama dikenal orang
kemungkinan besar didirikan di Universitas Leeds,Inggris. Perancangnya Don
Robinson, yang kemudian juga merancang dinding panjat di Acker’s Trust,
Birmingham, dinding panjat pertama yang diklaim mampu menampung segala
pegangan, pljakan dan gerakan panjat tebing, sekaligus menawarkan bentuk
sculpture yang artistik.
Sejalan dengan itu, bentuk-bentuk latihan terpisah dalam panjat tebing mulai
menggema. Salah seorang pelopornya ialah Pete Livesey, pemanjat yang juga
pecinta speleologi dan olahraga kano, serta punya dasar di atletik sebagai
pelari. Pete tahu benar pentingnya latihan spesifik bagi jenis-jenis olahraga
tersebut. Dan dia mencoba menerapkan prinsip yang sama pada panjat tebing.
Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang lebih sebagai kegiatan atletis,
ketimbang sekedar ‘hura-hura di tebing’. Tak lagi memadai semboyan ‘best
training for climber is climbing’, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan
lewat gelas-gelas bir, seperti yang selama & dianut.
1971
Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian, segera diserbu oleh
ekspedisi-ekspedisi dari Australia, Jerman, AS, bahkan Hongkong. Tahun ini pula
Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya, antara lain oleh Herman O. Lantang dan
Rudy Badil, orang-orang sipil Indonesia pertama.
1972
Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu
didemonstrasikan dalam Olympiade Munich.
1974
Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8068 m) di
Karakoram, 3 hari dengan Alpine push, kemudian memecahkan rekor kecepatan
Eiger, 10 jam.
1975
Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejakkan Puncak
Everest. Sementara itu Cina mengirimkan tim pertamanya, dari punggungan timur
laut. Perlengkapan panjat es kian lengkap, lalu ramalan cuaca kian akurat
dengan intervensi komputer. Akibatnya, seolah tak ada lagi pelosok Alpen yang
terpencil.
Namun, bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di
Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan dituduhkan sebagai ulah pemanjat-pemanjat
‘hijau’, yang mengobral magnesium pada lintasan-lintasan yang seharusnya bisa
dilampaui tanpa bubuk itu.
1976
Harry Suliztiarto tak sanggup lagi menahan obsesinya, dengan tali nilon dia
mulai latihan panjat memanjat di Citatah, dan dibelay oleh pembantu rumahnya.
Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
1977
Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan di Bandung oleh Harry
Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy Hikmat. Inilah awal
tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia.
Ekspedisi Selandia Baru coba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka cuma
sampai South Col, tapi mereka mereka seolah memukul gong yang gaungnya merantak
ke mana-mana, ‘ekspedisi berdikari’. Yang pro mengganggapnya sebagai kejujuran
yang wajib, yang kontra melecehkannya sebagai kesia-siaan yang konyol.
Perdebatan tak selesai hingga kini.
1978
Messner & Habeler menggegerkan dunia kangouw Himalaya dengan pendakian
Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger ketika Messner bersolo
karier di Nanga PQrtied dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh banyak
pakar dianggap lebih penting daripada pendakian tanpa oksigennya.
Pemerintah Nepal menambahkan beberapa permitted peaks.
1979
Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki.
1980
Tebing Parang untuk pertama kalinya oleh tim ITB, di bawah pimpinan Harry
Sulisztiarto. Wanadri untuk pertamakalinya menyelenggarakan ekspedisi ke
Carstensz di Pegunungan Jayawijaya. Skygers menyelenggarakan sekolah panjat
tebing untuk pertama kalinya. Sampai kini belum ada lagi kelompok yang membuat
pendidikan panjat tebing untuk umum seperti ini.
Pemerintah
Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim semi dan
musim gugur. Kian banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak dipelbagai pelosok
Himalaya, kikan tinggi sampah menumpuk di sana-sini. Sebagai gantinya, konon
mata uang asing makin deras mengalir ke sana. Tapi siapa yang tambah kaya?
1981
Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding Selatan Carstensz, Mapala Ul dan
ITB. Salah seorang anggota tim Mapala Ul, Hartono Basuki, gugur di sini.
Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di
Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss.
1982
Jayagiri kembali mengirimkan orang, Irwanto, ke sekolah pendakian di ISM,
Swiss, dilanjulkan ekspedisi 4 orang ke Mont Blanc di Perancis, dan Matterhorn
serta Monte Rosa di Swiss.
Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, korban
pertama panjat tebing di Indonesia.
1984
UGM (Mapagama) mengirimkan Tim Ekspedisi Gajah Mada ke Irian Jaya. Tim
panjatnya berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramide melalui jalur normal.
Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di Bali,
berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers bersama GAP (Gabungan Anak Petualang)
dari Surabaya.
1985
Tebing Serelo di Lahat, Sumatra Selatan, berhasil dipanjat oleh tim yang
menamakan dirinya Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala Ul gagal mencapai
Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya, Nepal. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat
Eiger Nordwand.
1986
Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di selatan
Toraja, Sulawesi Selatan.
Ketompok UKL (Unit Kenal Lingkungan) Univeritas Pajajaran Bandung memanjat
tebing Gunung Lanang di Jawa Timur.
Pemanjat-pemanjat Jayagiri Bandung merampungkan Dinding Ponot di air terjun
Sigura-gura, Sumatera Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berthasil, menciptakan lintasan
baru. Mapala Ul mengirimkan ekspedisi ke Puncak Kilimanjaro (5895 m) di Afrika
antara lain Don Hasman (Wartawan Mutiara).
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di
tebing alam, dan sempat ditayangkan juga oteh TVRI.
1987
Empat Anggota Ekspedisi Aranyacala Universitas Trisakti tewas diserang
Gerombolan Pengacau Irian dalam perjalanan menuju Jayawaijaya.
Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan
Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Sepikul di
Jawa Timur disantap Skygers.
Beberapa ekspedisi dan pendaki Indonesia dikirimkan keluar negeri. Mapala Ul ke
Puncak Chimborazo (6267 m)dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes, Amerika
Selatan.
Ekspedisi Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke lmja Tse, Himalaya, hampir
bersamaan dengan dua anggota Ekspedisi Jayagiri Saddle Marathon yang sedianya
berambisi memanggul sepeda ke puncak namun terhadang birokrasi Nepal. Di
Afrika, ekspedisi sepeda ini berhasil mencapal puncak tertingginya, Kilimanjaro
(5895 m) dan Mount Kenya (5199 m, tanpa sepeda).
Ekspedisi Wanadri gagal mencapai Puncak Vasuki Parbat (6792 m) di Garhwal
Himalaya, India.
Lomba panjat tebing pertama di Indonesia dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran
di Ball.
1988
Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4
atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan
Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan ilmu lewat kursus
singkat kepada pemanjat-pemanjat kita. Bersamaan, lahir Federasi Panjat Gunung
& Tebing Indonesia, diketuai Harry Suliztiarto.
Untuk pertama kalinya disusun rangkaian kejuaraan untuk memperebutkan Piala
Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi langsung oleh UIAA (badan
Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendaki
gunung), diawali dengan kejuaraan di Snowbird, Utah, AS.
Ekspedisi panjat tebing pertama yang dilakukan sepenuhnya oleh wanita,
Ekspedisi Putri Parang Aranyacala, Tower III. Sedangkan kelompok putranya
memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Ekspedisi UKL Unpad Bandung di Batu Unta, Kalbar, kehilangan satu anggotanya,
Yanto Martogi Sitanggang jatuh bebas. Speed climbing pertama di Indonesia
dilakukan oleh Sandy & Jati, di dinding utara Parang, 3 jam. Sekaligus
merupakan pemanjatan big wall pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama
sekali, keduanya hanya dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat ‘tebing buatan’ pertama dilakukan di Bandung, mengambil dinding
gardu listrik.
Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7145 m)
di Himalaya, Nepal, disusul pasangan Hendricus Mutter dan Vera dari Jayagiri
mendaki Imja Tse (6189 m), tanpa bantuan sherpa.
Lalu di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2
hari pemanjatan dinding utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi
dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama.
Di Yosemite, AS, Sandy Febyanto dan Jati Pranoto dari Jayagiri memanjat Tebing
Half Dome (gagal memecahkan retor John Bachar & Peter Croft 4,5 jam) dan
Tebing El Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam).
1989
Awal tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya
salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di Tebing Pawon,
Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala
penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini.
Tim Panjat Tebing Yogyakrta/TPTY melakukan ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz
tetapi gagal mencapai puncak secara direct, namun jalur normal Carstensz
berhasil dipanjat sebelumnya.
Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali ini Tebing Rungking.
Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran
dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse
Shar di Nepal, mematok target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling
kawah Kelud tadi, tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal
berangkat.
Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala Unpar.
Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi Marathon Panjat
Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur, dan berakhir
di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan, marathon panjat tebing pertama di
Indonesia. Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah
menimpa sebelum puncak tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas
tergelincir dari ketinggian.
Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan panjat dinding
diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar antara lain di Universitas Parahyangan
Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I
Serang, dua kali oleh Trupala SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70
Bulungan Jakarta, kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB.
Mapala Ul bikin 2 ekspedisi, Mount Cook (3764 m) di Selandia Baru dan Puncak
McKinley (6149 m) di Alaska. Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian
gunung es di Rainier Mountaineering Institute di AS, dilanjutkan dengan
bergabung dengan ekspedisi AS ke Kangchenjunga di Himalaya.
Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil pula merampungkan misinya,
mendaki 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (4807m, Perancis),
Grand Paradiso (4601 m, Italia), Marts Rosa (4634 m, Swiss), Grossgiockner
(3978 m, Austria) dan Zugsptee (2964 m, Jerman Barat).
Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo
di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing pada big wall yang pertama
di Indonesia.
1991
Aryati menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Puncak
Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria Indonesia.
Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit
Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur.
1992
Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua orang
terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI tewas di terjang
badai di Gunung Aconcagua, Argentina.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima
Ovest, Tre Cime, Italia.
Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing Yogyakarta memanjat dinding
utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.
1996
Clara Sumarwati membuat kontroversi dalam pendakiannya di Everest, puncak
tertinggi di Pegunungan Himalaya pada tanggal 26 September 1996. Banyak pihak
di Indonesia yang meragukan bahwa kedua kakinya telah menjejak puncak tertinggi
di dunia itu. Tetapi berdasarkan data dari Adventure Stats.com pada bulan
Januari 2002 nama Clara Sumarwati telah tercatat sebagai pendaki Everest ke
836.
1997
Pratu Asmujiono menyusul Clara menjejakkan kakinya di Puncak Everest pada tanggal 26 April. Menurut catatan Adventure Stats.com, ia merupakan orang yang ke 851. Asmujiono berangkat bersama tim Ekpedisi Everest Indonesia yang merupakan gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil lainnya.
(GS,Bahan: katalog LPDN, berbagai sumber).
0 Komentar