SEJARAH SIMPUL




Konon menurut sejarah bangsa Yunani, beberapa abad yang lalu seorang Dewa Api yang bernama Og atau salah seorang dari kawan prasejarahnya, adalah pembuat simpul yang pertama. Tak ada seorang ahli sejarahpun yang dapat menerangkan nenek moyangnya dari abad keberapa yang sudah dapat menyambungkan ujung-ujung tanaman anggur atau ranting-ranting dengan ikatan yang teratur, tetapi yakin bahwa yang mereka gunakan itu adalah simpul yang sekarang kita namakan simpul biasa. Mulai dari simpul ini, ditambahlah satu belitan lagi sehingga terciptalah suatu simpul dasar yang berbentuk angka delapan. Kemudian simpul tersebut oleh bangsa Indian di Amerika Serikat digunakan untuk mengikat tali dari kulit yang mengokohkan kepala palu dari batu dengan tangkainya, kapak dan panah.

Semakin tua usia manusia, biasanya pengetahuan dan kecerdasannya semakin meningkat, dan lambat laun akalnya menjadi bertambah banyak dan bertambah ruwet. Apabila ia belajar menenun, mendirikan bangunan dan mengerjakan tanah sebagai petani, maka ia akan berusaha menciptakan beberapa macam simpul untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bertambah sulit. Mungkin simpul mati adalah salah satu simpul pertama yang menjadi dasar bagi terbentuknya simpul anyam.

Para ahli tidak mengetahui secara tepat, berapa macam simpul yang diciptakan orang dan perkembangan model-model simpul selanjutnya. Misalnya dasar simpul-simpul seperti simpul yang gambarnya terlukis di bawah ini, yang nama asingnya adalah "Slip-knot" dan "Half hitch" (simpul tambat dasar) mungkin telah tercipta sejak dahulu kala.

Dengan meningkatnya peradaban di Afrika, Asia dan Amerika Selatan, maka mulailah ada penelitian-penelitian tentang cerita mengenai usaha orang yang selalu bertambah banyak dalam menggunakan berbagai macam simpul pada ikatan-ikatannya. Zaman dulu awak kapal bangsa Mesir yang menyusuri Sungai Nil adalah ahli tali-temali; mereka menggunakan tambang dan membuat simpul untuk mengikat pintu kuburan-kuburan dari para Pharaoh (Raja- raja Fir'aun) dan para bangsawan. Simpul mati merupakan motif perhiasan permata intan yang terkenal di Mesir pada zaman lima ribu tahun yang lalu. Di Negara Cina yang peradabannya sudah lebih lama dari negara-negara lain, telah menggunakan simpul-simpul sejak lama sekali.

Bangsa Cina telah menemukan sistem hitungan dengan bantuan simpul-simpul pada tali.

Kebanyakan dari simpul yang digunakan pada zaman ini sudah banyak digunakan pada zaman Yunani kuno dan Romawi; model-model simpul tersebut sejak lama tersimpan sebagai hiasan oleh tukang permata dan tukang pahat. Banyak legenda tersohor mengenai simpul-simpul datangnya dari Yunani, antara lain legenda yang judulnya Simpul Gordian.

Gordius, raja dari Phrigia di kepulauan Asia memerintahkan untuk membuat sebuah simpul pada seutas tambang yang sangat sukar dilepaskan. Ia menjanjikan siapa yang bisa membuka kembali simpul itu, akan diangkat menjadi bangsawan dan pemegang perundang- undangan di seluruh Asia. Banyak orang yang mencobanya, tetapi semuanya mengalami kegagalan, sehingga datanglah Iskandar Dzulkarnaen ke Phrigia. Simpul itu diamat-amatinya terlebih dahulu dengan teliti, dan kemudian ia berusaha untuk membukanya tetapi tidak berhasil pula. Karena marah dan hilang kesabarannya, ia menghunus pedangnya dan dipukulnya kepada simpul tersebut hingga putus.

Simpul Gordian adalah satu-satunya simpul yang dipandang sebagai simpul yang penuh dengan kegaiban dan pemberi keuntungan.

Pada zaman di mana masyarakat masih mempercayai hal-hal yang bersifat takhayul itu orang-orang memandang bahwa beberapa macam simpul biasa mempunyai tenaga gaib yang luar biasa. Bangsa Yunani dan Romawi pada zaman itu mempunyai kepercayaan bahwa bentuk simpul tertentu bisa membawa keberuntungan atau kecelakaan.

Pada abad pertengahan, para tukang tenung dan tukang sihir menerapkan manteranya pada simpul dan digunakan untuk azimat. Azimat ini bisa memberi kemungkinan untuk memberi keselamatan atau keburukan kepada si pemakai; untuk menjaga keadaan cuaca, atau untuk menjaga kesehatan bagi siapa yang tahu caranya membuat simpul itu. Sebelum ada buah baju (kancing) maka talilah yang digunakan untuk menutup baju, dan dibentuk seperti kancing dengan cara seperti membuat simpul.

Banyak orang yang percaya bahwa apabila kancing simpul tersebut dikutuk oleh tukang sihir; maka bencana akan jatuh sebelum jampinya yang melekat pada simpul itu dihalau dan simpulnya diberkati oleh seorang pendeta.

Pengaruh ketakhayulan itu masih terdapat juga pada zaman sekarang. Pengalungan syal yang dikaitkan pada leher para pelaut, semula dianggap sebagai simbol dari kebahagiaan. Demikian pula halnya dengan ikatan pada dasi yang biasa dipakai orang setiap hari. Keyakinan tersebut saat ini sudah dilupakan dan tidak merupakan takhayul lagi.

Posting Komentar

0 Komentar