BABAK INTI
MODUL 7
KEGIATAN DI ALAM TERBUKA (OUTDOR ACTIVITY)
7.1. Teori dan pendirian
7.2. Keterampilan Kepramukaan Siaga
7.3. Keterampilan Kepramukaan Penggalang
7.4. Keterampilan Kepramukaan Penegak & Pandega
7.5. Penjelajahan
MODUL 7.1.
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN
I. PENDAHULUAN
1. Keterampilan kepramukaan merupakan materi yang diperoleh seorang Pramuka dari kegiatan yang diikutinya. Keterampilan ini sebagai bekal pengetahuan praktis yang siap dimanfaatkan sewaktu-waktu dalam kehidupan kita.
2. Sedikitnya penguasaan pengetahuan keterampilan ini tergantung pada:
a. Golongan usia Pramuka
b. Berapa lamanya seorang anggota pramuka tersebut mengikuti kegiatan kepramukaan.
c. Kualitas Pembina Pramuka dalam memberikan materi tersebut.
II. MATERI POKOK
1. Keterampilan kepramukaan merupakan kebutuhan untuk dimiliki peserta didik, karena masyarakat berasumsi bahwa setiap anggota pramuka pasti memiliki pengetahuan keterampilan yang dapat dipergunakan sebagai bekal mengatasi segala permasalahan dalam hidupnya sehari-hari.
2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut Pembina Pramuka dituntut memiliki seperangkat pengetahuan kepramukaan yang dapat diterapkan kepada peserta didik.
3. Keterampilan kepramukaan menurut ranah pengembangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Keterampilan spiritual
b. Keterampilan emosional
c. Keterampilan sosial
d. Keterampilan intelektual
e. Keterampilan fisik
4. Keterampilan spiritual, ialah keterampilan yang membentuk sikap dan perilaku pramuka dalam kesehariannya yang mencerminkan p[erwujudan dari:
a. Pengamalan aturan/hukum agama yang dianutnya
b. Pengamalan Prinsip Dasar Kepramukaan
c. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
d. Pengamalan Pancasila
5. Keterampilan emosional ialah keterampilan atau kecerdasan menata hati, menata emosi sehingga yang bersangkutan menjadi pramuka yang:
a. Cermat dalam menghadapi masalah
b. Bijak dalam mengambil keputusan
c. Sabar
d. Tidak tergesa-gesa dalam menentukan sikap
e. Menghormati lawan bicaranya
f. Sopan
g. Santun dalam berbicara dan bertindak
h. Hormat kepada orang-tua dan orang yang lebih tua.
6. Keterampilan sosial ialah keterampilan dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain antara lain. Dalam pergaulan tersebut diharapkan seorang anggota pramuka dapat:
a. Belajar dari orang lain.
b. Mengubah perilaku diri yang tidak baik menjadi perilaku yang baik.
c. Mempengaruhi orang lain sehingga orang lain menjadi baik.
d. Belajar memimpin dan dipimpin.
e. Keterampilan memberikan pertolongan pada orang lain diantaranya: Pertolongan Pertama pada kecelakaan, yang meliputi (a) keterampilan kesehatan lapangan; (b) keterampilan dapur umum; (c) keterampilan evakuasi; (d) keterampilan penyelamatan (Search and Rescue – SAR).
f. Keterampilan tentang kesehatan lingkungan: (a) perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga, (b) perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah; (c) perilaku hidup bersih dan sehat di tempat umum; (d) perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. (e) perilaku hidup bersih dan sehat di institusi kesehatan.
g. Keterampilan tentang pengamanan masyarakat: (a) keterampilan tentang tempat kejadian perkara (TKP); (b) keterampilan pemadam kebakaran; (c) keterampilan konservasi air. (d) keterampilan pengamanan hutan; (e) keterampilan lalulintas. (f) keterampilan melindungi diri/self defense.
7. Keterampilan intelektual adalah keterampilan kecerdasan otak yang dapat dilatihkan lewat:
a. Permainan kim
b. Berbagai permainan untuk memecahkan masalah misalnya jigsaw, segi empat/tiga berantakan; nusantara-1; penyelamatan presiden, dll.
c. Perpaduan dengan keterampilan fisik dapat dilakukan melalui tali-temali misalnya membuat woogle, anyaman ketupat, simpul anyam dsb.
8. Keterampilan fisik ialah keterampilan yang secara fisik menjadi kebutuhan peserta didik sebagai bekal mengatasi tantangan dan rintangan, yang btergolong keterampulan fisik yang hendaknya diberikan kepada pramuka adalah:
a. Tali-temali, di antaranya:
Simpul – ialah iakatan pada tali. Jenisnya:
(1) Simpul ujung tali
Untuk menjaga agar tali tidak terurai.
(2) Simpul mati
Simpul untuk menyambung Dua tali yang sama besar
(3) Simpul anyam
Simpul untuk menyambungDua tali yang Tidak sama besarnya
(4) Simpul anyam berganda
Simpul untuk menyambung tali yang tidak sama besarnya dalam kondisi basah atau kering
(5) Simpul erat
Untuk memulai suatu ikatan
(6) Simpul pangkal
Digunakan untuk
permulaan ikatan
(7) Simpul tiang
Untuk mengikat leher
binatang agar tidak terjerat
sewaktu binatang bergerak
(8) Simpul tarik
Digunakan untuk menuruni
tebing atau pohon
dan tidak akan kembali
ke atas.
(9) Simpul kursi
Untuk mengangkat dan
menurunkan orang atau
barang.
(10) Simpul kembar
Untuk menyambung dua tali
yang sama besar dalam
kondisi licin atau basah
(11) Simpul jangkar
Untuk membuat
tandu darurat, atau tali
timba
Ikatan
(1) Ikatan palang
Ikatan untuk membentuk
Palang yang bersudut 900
(2) Ikatan silang
Ikatan untuk membentuk
tongkat bersilangan
dan talinya membentuk
diagonal.
b. Memahami peta, kompas dan cara penggunaannya.
(1) Membaca peta topografi
(2) Membuat peta pita
(3) Membuat panorama sketsa
(4) Memahami kompas dan cara penggunaannya.
c. Isyarat dan sandi
(1) Membaca dan mengirim isyarat dengan semaphore.
(2) Membaca dan mengirim isyarat dengan morse, dengan menggunakan: peluit, bendera, senter, dan pesawat telegraph.
d. Menaksir
(1) Menaksir tinggi (menara, pohon, rumah, dll)
(2) Menaksir lebar sungai
(3) Menaksir arus sungai
(4) Menaksir berat.
e. Keterampilan mengenal alam
- Kabut.
(1) Kabut tipis merata – pertanda cuaca baik;
(2) Terang benderang di pagi hari pertanda cuaca buruk;
(3) kabut di gunung-gunung pertanda akan turun hujan;
(4) udara sejuk dan berembun di pagi hari pertanda akan turun hujan di siang hari.
- Matahari
(1) Matahari terbit berwarna kemerah-merahan dan diliputi garis-garis awan hitam pertanda akan ada hujan.
(2) Matahari terbit berwarna kemerahan yang terang pertanda cuaca baik.
(3) Matahari terbit kemerahan dan dicampuri garis-garis awan kekuning-kuningan pertanda akan hujan lebat.
(4) Matahari terbenan dengan warna kekuning-kuningan pertanda akan ada hujan.
(5) Warna merah pada saat matahari terbenam pertanda akan terjadi angin yang cukup kencang.
- Binatang.
(1) Semut. Mereka akan tetap di liangnya bila cuaca akan buruk, tetapi akan keluar dari liangnya dan berjalan mondar-mandir bila cuaca akan tetap baik.
(2) Ayam. Mereka akan tetap berjalan-jalan dan membiarkan dirinya kehujanan menandakan bahwa hujan tidak akan berlangsung lama; tetapi bila ayam-ayam tersebut berteduh saat hujan maka peryanda bahwa hujan akan berlangsung lama.
(3) Lalat. Mereka akan tetap hinggap di tembok apabila akan turun hujan, dan akan beterbangan bila cuaca cerah.
(4) Cacing. Bila pada malam hari menimbun tanah berbutir-butir di kebun pertanda akan datang hujan, dan bila cacing keluar dari liangnya menandakan hujan akan turun lama.
(5) Tanda-tanda Cuaca akan buruk.
Kucing duduk dengan membelakangi api sambil mengusap-usap kepalanya dengan kaki depannya yang dibasahi dengan mulutnya.
Burung-burung. Mereka membasahi bulunya dengan paruhnya.
Burung-burung Laut. Beterbangan menuju daratan.
III. PENUTUP
Keterampilan kepramukaan merupakan ciri khas seorang anggota Pramuka yang hendaknya dipelajari, dipahami, dan dikuaasai oleh setiap anggota Pramuka, baik dia sebagai Siaga, penggalang, Penegak, Pembina, Pamong Saka, Pelatih, maupun Andalan.
Modul 7.2
Teori dan TEKNIK pendirian tenda
PELATIHAN / PENATARAN : KMD |
|
ALAT BANTU
|
|
|
TALI, BAMBU, TENDA, TONGKAT |
POKOK BAHASAN : PRAKTEK |
|
|
|
|
|
WAKTU : 2 X 45 MENIT |
|
|
TANGGAL : |
|
|
SASARAN : Peserta menguasai teknik mendirikan tenda
|
|
LAIN - LAIN : |
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE |
60’
|
Pendahuluan : Penjelasan syarat dan cara pendirian tenda
|
Uraian |
1800’ |
Inti Teori - Demonstrasi dan Praktek Pendirian Tenda
|
Demonstrasi Praktek langsung
|
60’ |
Kesimpulan: Faktor-faktor penting dalam pendirian tenda.
|
|
REFERENSI :
|
||
CATATAN :
|
PELATIH
( _______________ )
|
TEKNIK MENDIRIKAN TENDA
I. PENDAHULUAN
Kegiatan perkemahan adalah suatu wahana pendidikan karakter yang paling lengkap, karena peserta didik dihadapkan dengan berbagai hal yang harus diatasi, baik sendiri-sendiri maupun beregu. Kesulitan yang dihadapi oleh diri-sendiri adalah adaptasi kebiasaan dari hidup di rumah yang serba ada, ke dalam kehidupan yang serba darurat. Belajar bergaul yang sebenarnya dengan teman-teman dalam satu regu, bagaimana hidup berdampingan, tolong-menolong, meredam rasa ego sentris, belajar menghargai teman, belajar memimpin dan dipimpin. Kesulitan yang dihadapi bersama adalah bila cuaca buruk, angin kencang disertai hujan, sulit menghidupkan api, perlengkapan kurang, dan lain-lainnya yang harus diatasi oleh kelompoknya.
Kegiatan perkemahan ini semua prinsip dasar dan semua metode dapat masuk dengan baik, oleh karena itu kegiatan perkemahan haruslah direncanakan dengan baik.
II. MATERI POKOK
Setiap kegiatan perkemahan sebagai alat pendidikan harus dimulai dengan survai lokasi untuk memastikan kemanan, kenyamanan dan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Syarat mendirikan tenda
1) Pemilihan tempat mendirikan tenda
- Keamanan: (a) jauh dari gangguan binatang buas dan binatang berbahaya lainnya; (b) jauh dari bahaya banjir, tanah longsor, dll.
- Memilih tempat: (a) tanah rata atau ada kemiringannya, (b) bukan tempat yang bila hujan tergenang, (c) ada pohon pelindung, (d) ada saluran untuk pengeringan atau pembuangan air, (e) dekat sumber air, (f) pemandangannya cukup menarik, (g) tidak terlalu dekat dengan kampung atau jalan raya, (h) tidak terlalu jauh dari pasar, pos kesehatan, pos keamanan bagi pekemah pemula.
- Kenyamanan. Berkemah sebagai wisata pendidikan haruslah menimbulkan suatu kenyamanan dan rasa kebanggaan bagi peserta didik ketika dirinya mampu mengatasi persoalan-persoalan. Di sinilah terjadinya paradoksal bahwa peserta didik akan merasa bangga ketika berceritera ketidaknyamanan, dan kesulitannya berkemah.
2) Memahami jenis tenda yang didirikan. Hubungannya dengan program, jumlah peserta perkemahan, dan tempat berkemah maka diperlukan keterampilan memilih: (a) pemilihan tenda erat hubungannya dengan program perkemahan. Apakah kemah dua orang, kemah regu, perkemahan nuntuk persahabatan, perkemahan untuk ekshibisi, dll. (b) jenis tenda apakah tenda dome, tenda regu, atau tenda peleton. Tenda peleton, atau tenda regu tidak mungkin dapat didirikan di tempat yang sangat sempit, misalnya di lereng gunung, di hutan yang pohon-pohonannya rapat.
3) Teknik mendirikan tenda. – rentang dulu kain tenda – pelajari tempat-tempat tiang – gunakan ikatan yang benar. Dirikan.
4) Selanjutnya perlu disusun piket tenda untuk menunjang keberhasilan kegiatan perkemahan.
III. PENUTUP
Praktek mendirikan tenda bukan sekedar tenda itu bisa berdiri, tetapi harus memahami bagaimana hakekat perkemahan sebagai alat pendidikan.
KEPUSTAKAAN
v Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas Media. Jakarta.
v Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy Scout of America.
v Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
v Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition, The Mountaineers, USA.
v Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
v The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook, Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout Association of Australia.
v World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
Modul 7.3
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN SIAGA
PELATIHAN / PENATARAN : KMD |
|
ALAT BANTU
|
|
|
TALI, BAMBU, TENDA, TONGKAT |
POKOK BAHASAN : PRAKTEK |
|
|
|
|
BENDERA, MORSE, SEMAPHORE & ALAT UPACARA |
WAKTU : 2 X 45 MENIT |
|
SKU Pramuka Siaga |
TANGGAL : |
|
BUKU SKK, dan TKK, Buku Petunjuk berbagai Upacara Siaga |
SASARAN : Peserta menguasai Scouting Skill dasar
|
|
LAIN - LAIN : |
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE |
60’
|
Pendahuluan : Keterampilan Siaga perlu dengan bungkus, dikemas yang menarik dan menggembirakan adalah bagian penting dari keterampilan Siaga. |
Uraian |
1800’ |
Inti Jenis Keterampilan Siaga - Demonstrasi dan Praktek. |
Demonstrasi Praktek langsung |
60’ |
Kesimpulan: Kemampuan Pembina dalam mengemas materi latihan, dan teknik pengaplikasian keterampilan Siaga menjadi bagian yang sangat penting. |
|
REFERENSI : |
||
CATATAN : |
PELATIH
( _______________ )
|
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN SIAGA
I. PENDAHULUAN
Pembina Siaga adalah panutan utama dari mana seorang Siaga melihat, meniru, dan mengadopsi nilai-nilai dan keterampilan kepramukaan. Keterampilan Siaga perlu dengan bungkus, dikemas yang menarik dan menggembirakan adalah bagian penting dari keterampilan Siaga.
II. MATERI POKOK
Materi pokok keterampilan Pembina yang hendaknya disampaikan kepada Siaga adalah:
1. Upacara Siaga meliputi (a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan. (b) Upacara Pelantikan Siaga. (c) Upacara pindah golongan. (c) Upacara penerimaan anggota baru.
2. Berbagai Sandi (a) morse peluit, (b) semaphore, (c) sandi angka, (d) sandi Arab, (e) Sandi Jepang.
3. Kompas dan peta. (a) menentukan 8 penjuru mata angin. (b) membuat peta topografi desa atau kampung, peta sekolah atau pangkalan gudepnya.
4. Pionering. (a) aplikasi simpul mati, simpul hidup, simpul pangkal, simpul jangkar, dan simpul tusuk. (b) membuat jemuran, tiang lampu, tiang bendera, dan tandu.
5. Menaksir tahap pengenalan
6. Berbagai permainan Siaga. (a) Permainan untuk barung. (b) permainan untuk perindukan. (c) permainan besar.
7. Mendirikan tenda masih dengan bantuan Pembina.
8. Senam dan olahraga untuk Siaga.
9. Lagu-lagu untuk Siaga.
10. Perjalanan mengenal lingkungan Siaga, wisata alam
11. Kepemimpinan Siaga. (a) Pembentukan Pemuka Barung, menentukan Sulung. (b) Pembentukan dan rapat-rapat dewan Siaga.
12. Jenis-jenis pertemuan Siaga (a) Pesta Siaga, (b) Bazar Siaga.
13. Bakti Siaga
14. Pengisian SKU, SKK, dan SPG Siaga.
Jenis-jenis keterampilan Siaga masih bisa dilengkapi dan dikayakan, yang penting harus disesuaikan dengan perkembangan rohani dan jasmani Siaga.
III. PENUTUP
Praktek keterampilan kepramukaan Siaga, merupakan ketrampilan dasar dengan tingkat kerumitan yang rendah.
KEPUSTAKAAN
v World Organization of the Scout Movement, Inter American Scout Office, 1998, Handbook for Cub Scout Leaders. Providencia, Santiago, Chile.
v Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy Scout of America.
v Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
v World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
Modul 7.4
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PENGGALANG
PELATIHAN / PENATARAN : KMD |
|
ALAT BANTU
|
|
|
TALI, BAMBU, TENDA, TONGKAT |
POKOK BAHASAN : PRAKTEK |
|
|
|
|
BENDERA, MORSE, SEMAPHORE & ALAT UPACARA |
WAKTU : 480’ MENIT |
|
SKU G UNTUK MASING-MASING PESERTA |
TANGGAL : |
|
BUKU SKK, BUKU UPACARA |
SASARAN : Peserta menguasai Scouting Skill lanjutan |
|
LAIN - LAIN : |
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE |
60’
|
Pendahuluan : Keterampilan Penggalang perlu dikemas dengan semangat kesatriaan, semangat pengembaraan yang menarik dan menggembirakan. |
Uraian |
1800’ |
Inti Teori - demonstrasi dan praktek langsung |
Demonstrasi Praktek langsung |
60’ |
Kesimpulan: Kedisiplinan, kelincahan, semangat Pembina sebagai motivator sangat dibutuhkan. |
|
REFERENSI : |
||
CATATAN : |
PELATIH
( _______________ )
|
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PENGGALANG
I. PENDAHULUAN
Pembina Penggalang adalah motivator dan penggerak kegiatan kepramukaan yang harus bersemangat dalam mendidikkan nilai-nilai dan keterampilan kepramukaan.
II. MATERI POKOK
Materi pokok keterampilan Pembina yang hendaknya disampaikan kepada Penggalang adalah:
- Upacara Penggalang meliputi (a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan. (b) Upacara Pelantikan Penggalang. (c) Upacara pndah golongan, (d) Upacara penerimaan anggota baru.
- Berbagai Sandi lanjutan (a) morse bendera, morse lampu, morse yang dipadukan dengan senam, sandi rumput (b) semaphore lanjutan (c) sandi ordinat, (d) sandi A.N, (e) Sandi Cina, (g) dll.
- Kompas dan peta. (a) menentukan titik tuju atau ordinat, pengukuran derajad. (b) membuat peta topografi kota, propinsi, negara; dan peta pita. dll
- Pionering. (a) aplikasi – kegunaan tiap-tiap simpul. Simpul tambat, simpul palang, simpul Inggris, simpul kursi, simpul anyam. (b) membuat menara, sesek, jembatan, dll.
- Baris-berbaris.
- Menaksir tinggi, menaksir kecepatan arus, sungai, menaksir berat.
- Mempelajari cuaca.
- Berbagai permainan Penggalang. (a) Permainan untuk regu. (b) permainan untuk pasukan. (c) permainan besar.
- Mendirikan berbagai jenis tenda.
- Senam dan olahraga untuk Penggalang.
- Lagu-lagu dan tarian untuk Penggalang.
- Hiking, climbing, rowing, roaming, rafting, exloring/wisata mengenal alam bagi Penggalang.
- Kepemimpinan penggalang. (a) Pembentukan Pemuka Regu, menentukan Pratama. (b) Pembentukan dan rapat-rapat dewan Penggalang. (c) Rapat Dewan Kehormatan Penggalang. (d) Gladian pemimpin Regu. (e) Gladian Pemimpin Satuan.
- Jenis-jenis pertemuan Penggalang (a) Lomba Tingkat, (b) Jambore
- Kemah bakti Penggalang
- Pengisian SKU, SKK, dan SPG Penggalang.
III. PENUTUP
Praktek kepramukaan penggalang adalah keterampilan yang paling kaya dan paling variatif di antara keterampilan kepramukaan golongan lainnya.
KEPUSTAKAAN
v Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas Media. Jakarta.
v Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy Scout of America.
v Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
v Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition, The Mountaineers, USA.
v Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
v The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook, Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout Association of Australia.
v World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
Modul 7.5
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PENEGAK
PELATIHAN / PENATARAN : KMD |
|
ALAT BANTU |
|
|
TALI, BAMBU, TENDA, TONGKAT |
POKOK BAHASAN : PRAKTEK |
|
CARABINER, CARMATEL, PULLEY, WEBBING, DLL. |
|
|
BENDERA, MORSE, SEMAPHORE & ALAT UPACARA |
WAKTU : 480 MENIT |
|
SKU S, G, T, D UNTUK MASING-MASING PESERTA |
TANGGAL : |
|
BUKU SKK, BUKU UPACARA |
SASARAN : Peserta menguasai Scouting Skill Lanjutan |
|
LAIN - LAIN :
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE |
30’
|
Pendahuluan : Penjelasan Keterampilan Kepramukaan Lanjutan |
Uraian |
420’ |
Inti Teori - Demonstrasi dan Praktek Pendirian Tenda |
Demonstrasi Praktek langsung |
30’ |
Kesimpulan:Faktor-faktor penting dalam keterampilan kepramukaan lanjutan, adalah tingkat keselamatan, dan aplikasinya lebih menuju kegiatan life skill yang sesungguhnya, dan bakti . |
|
REFERENSI : |
||
CATATAN : |
PELATIH
( _______________ )
|
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PENEGAK
I. PENDAHULUAN
Keterampilan kepramukaan Penegak harus direncanakan dengan baik, cermat, dan terukur, karena banyak hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan, atau bahaya bila tidak cermat memperhitungkan berbagai kegiatan tersebut. Kecelakaan karena keteledoran atau kesalahan teknis adalah kesalahan Pembinanya.
II. MATERI POKOK
Materi pokok keterampilan Pembina yang hendaknya disampaikan kepada Penegak, bisa disampaikan oleh Penegak sendiri, instruktur, Pembantu Pembina, atau langsung oleh Pembinanya adalah:
1. Upacara Penegak meliputi (a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan. (b) Upacara Pelantikan Penegak. (c) Upacara pndah golongan, (d) Upacara penerimaan anggota baru.
2. Berbagai Sandi lanjutan yang akan sangat baik bila diimprovisasi menjadi senam, bela diri, atau games mengenai (a) morse, (b) semaphore, berbagai sandi lainnya.
3. Kompas dan peta. (a) menentukan titik tuju atau ordinat, pengukuran derajad. (b) membuat peta topografi kota, propinsi, negara; dan peta pita. (c) navigasi darat.
4. Pionering. (a) aplikasi – kegunaan tiap-tiap simpul. Simpul tambat, simpul palang, simpul Inggris, simpul kursi, simpul anyam. (b) membuat menara, sesek, jembatan, konstruksi rumah, berbagai model, woogle, dan berbagai hasta karya dari tali.
5. Mempraktekkan berbagai kegiatan high element dan low element.
6. Baris-berbaris, dan kolone.
7. Menaksir tinggi, menaksir kecepatan arus, sungai, menaksir berat.
8. Mempelajari cuaca.
9. Berbagai permainan Penegak. (a) Permainan untuk Sangga. (b) permainan untuk Ambalan. (c) permainan besar.
10. Mendirikan berbagai jenis tenda, dan bivak (tenda alam)
11. Senam, olahraga dan bela diri untuk Penegak.
12. Lagu-lagu dan tarian untuk Penegak.
13. Hiking, climbing, rowing, roaming, rafting, exploring/wisata mengenal alam, jungle survival bagi Penegak.
14. Teknik diskusi, seminar, loka-karya, dan teknik berdebat.
15. Kepemimpinan Penegak. (a) Pembentukan Pemuka Sangga, menentukan Pradana. (b) Pembentukan Dewan Ambalan dan rapat-rapat. (c) Rapat Dewan Kehormatan Penegak, (d) LPK – Latihan Pengembangan kepemimpinan Penegak/Pndega, & KPDK – Kursus Pengelola Dewan Kerja penegak/Pandega.
16. Jenis-jenis pertemuan dan pengabdian Penegak (a) Raimuna, (b) Muspanitera, (c) Perkemahan Wirakarya, (d) Perkemahan Bakti Saka.
17. Kemah bakti Penegak.
18. Pengisian SKU, SKK, dan SPG Penegak.
III. PENUTUP
Kegiatan Penegak sungguh pun mereka dibebaskan untuk menentukan acara kegiatannya sendiri, tetapi tetap di bawah tanggung-jawab Pembina.
KEPUSTAKAAN
v Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas Media. Jakarta.
v Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v Baden Powell, 2005, Rovering to Success. World Scout Bureau, Asia Pacific Region.
v Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy Scout of America.
v Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
v Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition, The Mountaineers, USA.
v Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
v The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook, Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout Association of Australia.
v World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
Modul 7.6
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PANDEGA
PELATIHAN / PENATARAN : KMD |
|
ALAT BANTU
|
|
|
TALI, BAMBU, TENDA, TONGKAT |
POKOK BAHASAN : PRAKTEK |
|
CARABINER, CARMATEL, PULLEY, WEBBING, DLL. |
|
|
ALAT UPACARA |
WAKTU : 480’ MENIT |
|
SKU S, G, T, D UNTUK MASING-MASING PESERTA |
TANGGAL : |
|
BUKU SKK, BUKU UPACARA |
SASARAN : Peserta menguasai Scouting Skill Lanjutan
|
|
LAIN - LAIN : |
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE |
30’
|
Pendahuluan : Penjelasan keterampilan kepramukaan Pandega
|
Uraian |
420’ |
Inti Teori - Demonstrasi dan Praktek |
Demonstrasi Praktek langsung |
60’ |
Kesimpulan: Lebih diarahkan pada kegiatan bakti, dan learning to earn (kewirausahaan), learning to serve. |
|
REFERENSI : |
||
CATATAN : |
PELATIH
( _______________ )
|
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN PANDEGA
I. PENDAHULUAN
Keterampilan kepramukaan Pandega harus direncanakan dengan baik, cermat, dan terukur, dan dilakukan oleh para Pandega itu sendiri, tetapi tetap harus diketahui atau mendapat persetujuan Pembina.
II. MATERI POKOK
Materi pokok keterampilan Pandega meliputi:
1. Upacara Pandega meliputi (a) Upacara Pembukaan dan Penutupan Latihan. (b) Upacara Pelantikan Pandega (c) Upacara penerimaan anggota baru.
2. Berbagai Sandi dipelajari oleh Pandega sendiri.
3. Kompas dan peta. (a) menentukan titik tuju atau ordinat, pengukuran derajad, potong kompas (b) membuat peta topografi kota, propinsi, negara; dan peta pita. (c) navigasi darat.
4. Pionering. (a) aplikasi – kegunaan tiap-tiap simpul. Simpul tambat, simpul palang, simpul Inggris, simpul kursi, simpul anyam. (b) membuat menara, sesek, jembatan, konstruksi rumah, berbagai model, woogle, dan berbagai hasta karya dari tali dan bahan setempat.
5. Mempraktekkan berbagai kegiatan high element dan low element.
6. Baris-berbaris, dan kolone.
7. Menaksir tinggi, menaksir kecepatan arus, sungai, menaksir berat.
8. Mempelajari cuaca.
9. Berbagai permainan Pandega.
10. Mendirikan berbagai jenis tenda, dan bivak (tenda alam)
11. Senam, olahraga dan bela diri untuk Pandega.
12. Lagu-lagu dan tarian untuk Pandega.
13. Hiking, climbing, rowing, roaming, rafting, exploring/wisata mengenal alam, camping, mounteneering, jungle survival bagi Pandega.
14. Teknik diskusi, seminar, loka-karya, teknik berdebat dan membuat proposal kegiatan.
15. Kepemimpinan Pandega. (a) menentukan Pradana. (b) Pembentukan Dewan Racana dan rapat-rapat. (c) Rapat Dewan Kehormatan Racana, (d) LPK – Latihan Pengembangan kepemimpinan Penegak/Pndega, & KPDK – Kursus Pengelola Dewan Kerja Penegak/Pandega.
16. Latihan kewirausahaan, dan berbagai jenis keterampilan yang diinginkan.
17. Jenis-jenis pertemuan dan pengabdian Pandega (a) Raimuna, (b) Muspanitera, (c) Perkemahan Wirakarya, (d) Perkemahan Bakti Saka.
18. Kemah bakti Pandega.
19. Pengisian SKU, SKK, dan SPG Pandega.
III. PENUTUP
Kegiatan Pandega sungguh pun mereka dibebaskan untuk menentukan acara kegiatannya sendiri, tetapi tetap di bawah tanggung-jawab Pembina.
KEPUSTAKAAN
v Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas Media. Jakarta.
v Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v Baden Powell, 2005, Rovering to Success. World Scout Bureau, Asia Pacific Region.
v Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy Scout of America.
v Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
v Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition, The Mountaineers, USA.
v Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
v The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook, Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout Association of Australia.
v World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas Media, Jakarta.
v World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
Modul 7.7
PENJELAJAHAN
I. PENDAHULUAN
Karena dalam Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, semua peserta didik mendapatkan latihan yang sama maka penjelajahan diatur sesuai dengan:
- Tujuan penjelajahan.
- Sasaran penjelajahan
Dengan sangat mempertimbangkan:
1. Waktu yang tersedia. Di sini sangat berhubungan dengan jarak yang akan ditempuh.
2. Jumlah peserta, perlu diperhitungkan karena menyangkut perbekalan, peralatan pengaman, dan personil yang dibutuhkan di tiap pos. .
3. Lokasi yang akan dituju dari hasil survei sebelumnya. Tingkat kesulitan perjalanan, dan bekal peserta harus menjadi bahan pertimbangan.
4. Petugas yang tersedia, dan tingkat kemampuan keterampilan kepramukaannya. Hal ini berhubungan dengan jumlah pos-pos yang akan dibangun dan materi latihan di tiap-tiap pos. Diskusi. Briefing atau bahkan debriefing yang dilakukan di tiap pos.
5. Tingkat keamanan perjalanan.
6. Peralatan yang tersedia.
7. Award dan reward yang akan diberikan.
8. Laporan penjelajahan peserta.
Bisa dipertimbangkan hal-hal lain yang belum tertera di sini.
II. MATERI POKOK
1. Penjelajahan lintas alam biasanya dikonsentrasikan pada “Survival training”, yang penuh halang rintang, naik turun tebing, menyeberang sungai atau telaga.
2. Kegiatan harus dirancang sedemikian rupa sehingga aman, tertib, menggugah semangat, dan selalu dalam koridor pendidikan. Di sini tidak boleh ada unsur “penyiksaan” sedikit pun.
3. Kegiatan dalam survival training ini antara lain:
- Membaca peta medan/topografi
- Menggunakan kompas
- Memecahkan sandi dan isyarat
- Mencari/mengikuti tanda jejak
- Menaksir
- Membuat panorama
- Praktek P3K
- Halang rintang, monteneering, rappling.
4. Dalam melaksanakan tugasnya selama perjalanan akan terjadi proses pengembangan:
- Kepemimpinan
- Musyawarah, dan kepatuhan mengikuti hasil musyawarah
- Kekompakan kerja
- Kematangan berpikir
- Kemandirian
- Percaya diri
- Keterampilan dan ketangkasan
- Administrasi dan pembagian tugas
- Pengetahuan dan pengalaman
- Rasa tolong menolong
- Menyadari kebesaran Tuhan dengan melihat hasil ciptaannya.
Dengan demikian ranah pengembangan kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik akan tercakup dalam kegiatan tersebut.
5. Kegiatan penjelajahan harus memperhatikan:
- Tingkat keselamatan peserta
- Tingkat kesulitan yang ada harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kemampuan peserta, serta latihan-latihan yang sebelumnya telah diberikan, sehingga tidak melebihi ukuran kemampuan peserta didik.
- Petugas di tiap pos hendaknya ramah-tamah, dan dapat memberikan selingan baik berupa nyanyian, tepuk, maupun hal-hal yang dapat membangkitkan semangat peserta.
- Harus ada laporan penjelajahan, sehingga tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan, di sinilah mereka belajar tertib, dan cermat.
- Penjelajahan dapat dilakukan oleh S, G, T, dan D sesuai dengan tingkat kemampuan dan usianya.
III. PENUTUP
Kegiatan ini hendaknya dirancang, disusun dengan baik, diawasi, dijaga agar tetap edukatif, diperhitungkan sehinga tidak akan menimbulkan kecelakaan.
0 Komentar